Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Pejuang Kemerdekaan

Gambar
PEJUANG KEMERDEKAAN  Setiap memasuki bulan Agustus, suasana meriah langsung terasa dengan dipasangnya banyak umbul-umbul di sepanjang jala, di samping bendera merah putih yang gagah berkibar. Terbayang oleh diri ini, orang-orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya agar sang merah putih bisa berkibar bebas yang artinya kita telah merdeka. Ya, entah berapa ribu jiwa telah menjadi "tumbal"nya, entah berapa ton darah dan air mata telah tumbasahi tanah pertiwi untuk membebaskannya. Tak akan mau orang berkorban, apalagi mengorbankan nyawanya bila tidak punya keinginan yang kuat untuk mewujudkan keinginanya tersebut. Dan keinginan kuat itu adalah membebaskan tanah tumpah darahnya dari cengkeraman penjajah. Para pendahulu kita, para pejuang kemerdekaan mempunyai keinginan yang sangat kuat agar Indonesia bisa merdeka, lepas dari cengkeraman penjajah. Jiwa raga dikorbankan. Kemerdekaan harus bisa diwujudkan. Tiada pamrih dari perjuangan mereka selain merdeka. Tiada keinginan dalam

Kesehatan Mental dan Produktifitas

Kesehatan Mental Satu dari empat orang menderita gangguan mental (sekitar 450 juta orang di seluruh dunia). World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa hampir dua-pertiga dari orang-orang dengan gangguan mental tidak pernah menjalani perawatan medis. Kesehatan mental adalah kondisi yang dapat secara negatif memengaruhi kualitas hidup. Kesehatan mental meliputi kondisi emosional, psikologis, dan kesejahteraan sosial. Sama seperti kesehatan fisik, kesehatan mental juga dapat terganggu oleh penyakit mental. Penyakit mental, juga dikenal sebagai gangguan mental, merupakan penyakit yang mempengaruhi otak Anda dengan menggangu keseimbangan kimiawi. Penyakit mental dapat menyebabkan gangguan ringan sampai gangguan berat terhadap cara Anda berpikir, merasa, bertindak dan bagaimana Anda memandang orang-orang dan peristiwa dalam hidup. Gangguan mental bisa menjadi kondisi kronis, namun dapat ditangani dengan bantuan dokter Anda. Beberapa gangguan yang lebih umum, meliputi: depresi klinis (a

Kenangan Masa Lalu

Dalam perjalanan hidup kita tentunya banyak peristiwa yangbtelah kita alami. Ada yang menyenangkan ada pula yang menyedihkan. Bahakan saking berkesannya ada suatu peristiwa yang tidak bisa kita lupakan. Kalau aku sih lebih suka mengingat peristiwa yang menyenangkan aja, hehe he. Kenangan terindah bagiku adalah ketika masa kanak-kanak dulu. Ketika tinggal di kampung halaman bersama bapak, ibu dan saudara-saudaraku. Di halaman dan belakang rumah,bapak banyak menanam pohon buah-buahan. Setiap kali ada buah-buahan yang masak dan tidaknyerlalu tinggi, aku selalu bersemangat untuk memetiknya. Kalau yang agak tinggi, bisanya bapak mengangkat tubuh mungilku untuk menggapai dan memetik buah-buah itu. Waktu itu, pohon jeruk di halaman rumah sudah menguning buahnya. Ayah mengangkat tubuh mungilku untuk memetik buahnya. Senang sekali aku saat itu. Sebuah pengalaman berharga sekaligus menyedihkan pernah kualami ketika kelas dua SMA dulu. Waktu itu bulan Ramadhan. Siang hari pulang sekolah bers

Wisata dengan Membaca

Saya merasa Kesukaan saya membaca, sangat dipengaruhi oleh kebiasaan ayah saya yang juga suka membaca. Ayah yang seorang guru, sering meminjam buku  di perpustakaan sekolah tempat beliau mengajar untuk dibaca oleh kami, anak-anak beliau di rumah. Sebulan sekali beliau membawa majalah anak-anak untuk kami. Waktu itu masih masanya majalah si Kuncung, Ceria atau Belia. Saking sukanya ayah membaca , sampai-sampai ketika ada tugas  perjalanan dari yaysan keluarga, ke wilayah Sumatera dan Jakarta, beliau tidak ketinggalan membawa oleh-oleh majalah. Buku yang saya baca di masa kecil dan masih saya ingat sampai sekarang adalah buku yang berjudul Kaca-kaca Berdebu. Isinya tentang kisah para sahabiyah ramsulullah Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Tokoh yang paling saya ingat dalam buku tersebut adalah Asma binti Abu Bakar, wanita yang membelah ikat pinggangnya jadi dua. Bicara tentang genre buku yang saya suka nih, buku bertema sejarah adalah buku favorit saya, lebih saya sukai daripada

Moment Berkesan Saat Melahirkan

Menjadi seorang ibu adalah dambaan dari setiap wanita yang sudah menikah. Ada perasaan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata ketika ada mahluk kecil  yang memanggil saya ibu kemudian menjadikan kita seseorang yang ia jadikan tempat berlindung, mengadu dan merajuk. Tidak merasa terbebani, tapi justru senang dan bersyukur karena merasa dibutuhkan. Kehamilan pertama tidak berjalan mulus, karena harus keguguran pafa usia kehamilan sekira delapan pekan. Alhamdulillah.. tidak terlalu lama, tiga bulan setelah peristiwa menyedihkan tersebut,  saya dinyatakan positif hamil lagi. Kali ini lebih hati+ hati dalam menjaga kehamilan. Baik dari segi aktifitas maipun asupan makanan, benar-benar kami pethatikan.  Tidak ada drama mual-mual dan muntah pada kehamilan saya. Bahkan sampai usia kehamilan lima bulan, tak banyak orang yang tahu kalau saya hamil. Berat badan tidak tetlalu naik signfikan. Praktis, mitos tentang ibu hamil tidak saya rasakan, hehe he. Tak terlihat perubahan fisik yang me

Tips Memilih Daycare

Bagi bunda bekerja, meniitipkan anak ke daycare menjadi pilihannya, manakala belum mendapatkan pengasuh bagi anaknya yang masih kecil. Lantas daycare seperti apa sebaiknya dipilih untuk menitipkan anak kita. Kalau dalam tulisan sebelumnya sudah disampaikan sedikit gambaran  tentang peran daycare dan bunda anak kita yang masih dalam masa pertumbuhan awal. Nah, pada tulisan kali ini, akan disampaikan tentang tips memilih daycare untuk buah hati kita. Berikut ini beberapa tips yang sebaiknya kita jadikan pertimbangan dalam memilih daycare: 1. Jarak Jarak dari rumah atau kantor ke daycare menjamdi pertimbangan, agar bunda mudah ketika harus antar jemput anak. Hal ini akan membuat efisien waktu kita. 2. Memiliki Ijin Operasional Sebuah lembaga bila sudah memiliki ijin operasional diharapkan bisa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. 3. Jumlah Pengasuh Perbandingan pengasuhyang ideal adalah 1 banding 2 atau 3 untuk anak usia 1 tahun ke bawah. Semakin bertambah us

Tahun Ajaran Baru di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 belum berakhir. Era new normal yang digagas pemerintah merupakan masa transisi dari PSBB menuju hidup yang mendekati normal sepeeti sebelum terjadi pandemi.  Tentu saja new normal ini tidak berarti bahwa kita sudah bisa hidup bebas seperti masa sebelum terjadi pandemi. Batasan-batasan dalam bersosialisasi secara tatap mula masih ada. Di sisi lain, tahun ajaran baru 2020/2021 segera tiba. Pertengahan Juli adalah jadwal dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021. Tahun ajaran baru kali ini, tetap akan dimulai sesuai kalender akadamik. Namun karena masa pendemi covid-19 belum berakhir, ada kebijakan pendidikan yang diambil pemerintah terkait bagaimana pelaksanaan pembelajran di masa pandemi covid-19.  Kebijakan Pendidikan di Masa Pandemi Bagi sekolah yang berada di zona hijau, pemerintah mempersilakan untuk mengadakan pembelajaran tatap muka di sekolah.  Itupun harus tetap dengan prorokol kesehtan yang disiplin. Seperti tetap memakai masker, jaga jarak dan jaga

New Normal dan Gaya Hidup Baru

New normal, mungkin itu kata-kata yang paling akrab dan sering kita dengar saat ini. Definisi New normal  itu sendiri adalah skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional. ( Tirto.id/26Mei2020) Kalau memperhatikan definisi di atas, kita akan dapati kata kunci sebagai tijuan dari new Normal adalah untuk mempercepat penanganan COVID-19 baik dalam aspek kesehatan, sosial maupun ekonomi. Bahkan, di sebagian tempat orang-orang sudah ramai beraktifitas seperti tidak dalam keadaan pandemi. Mereka mengabaikan protokol kesehatan pada masa "New Normal", seperti harus menggunakan masker, jaga jarak dan mengjindari keeumunan. Akibatnya, ada peningkatan jumlah orang yang terinfeksi COVID-19. Sebenarnya bukan seperti itu perubahan perilaku yang diharapkan.  Harusnya lebih mengedepankan

Bunda Pekerja dan Daycare

Menjadi ibu bekerja, seolah sudah menjadi keniscayaan di masa kini. Bisa jadi karena masalah ekonomi ataupun tuntutan status sosial. Bila pekerjaan itu bisa dikerjakan di rumah, seorang ibu tentunya masih bisa mengasuh anaknya disamping melakukan profesi pekerjaannya.  Namun bila pekerjaannya menuntut seorang ibu harus keluar rumah setiap hari, bahkan dengan waktu yang cukup lama, misal dari pagi sampai sore, tentu seorang ibu yang punya anak, harus mempunyai asisten yang bisa membantu mengurus anak-anaknya. Terlebih bila anaknya masih ada yang balita. Namun,  mencari asisten rumah tangga apalagi sekalugus mengasuh anak, bukanlah hal yang mudah saat ini. Akibatnya, banyak orang tua yang mempunyai anak balita mulai melirik tempat penitipan anak atau daycare yang semakin banyak bermunculan saat ini. Anak Bukan Benda Mati Banyaknya tempat penitupan anak atau daycare saat ini, menjadi solusi yang sangat membantu bagi ibu pekerja yang harus bekerja dengan meninggalkan rumah. Namun per

Berburu Malam Lailatul Qodar

Di dalam bulan Ramadhan, salah satu yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia adalah kedatangan malam lailatul qadar. Mengapa kaum muslimin begitu ingin bisa mendapatkan malam tersebut? Ya, malam ini, dikatakan memiliki kebaikan setara dengan seribu bulan. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q.S. Al-Qadr: 1-5). Meskipun malam lailatul qadar ini tidak diketahui kapan datangnya, namun umat Islam sudah bisa menanti sejak 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. “Rasulullah bersabda: “Carilah malam lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Imam Bukhari). Pada malam tersebut, terdapat banyak keutamaan bagi umat muslim. Berikut ini, kami rangkum dari be

Review Blog Mba Desi

Dunia blogging adalah sesuatu yang baru buat saya. Membuat blog dan menulis di dalamnya pada awalnya karena tuntutan, sebagai salah satu peserta yang lolos oprec ODOP bach 5. Saya harus posting tulisan setiap hari di blog yang telah dibuat selama dua bulan. Dari situlah awalnya saya berusaha untuk tetbiasa menulis di blog, walau dengan tulisan yang sangat-sangat biasa sekali. Sayangnya, setelah selesai masa seleksi anggota ODOP dengan "one day one post" nya, saya jarang nulis lagi di blog. Sehingga mungkin blog pertama yang saya buat waktu itu sudah jadi sarang laba-laba, hihi hi. Nah, ketika ada kepengurusan baru tahun 2020, ada beberapa program yang baru juga. Salah satunya peogram yang  mewadahi para blogger, dengan grupnya "squad blogger ODOP." Dengan keterbatasan yang ada, saya memberanikan diri untuk gabung di grup tersebut dengan niat belajar. Akhirnya saya membuat blog baru dengan niche parenting. Walau tertatih-tatih saya berusaha untuk tetap berada

Ketika Si Kakak Tidak Puasa

Puasa hari ke-6, saya sempat dibuat "emosi" oleh si kakak yang kelas 4 SD. Sedih, marah,  kecewa juga ada rasa bersalah. Campur aduk jadi satu lah. Pasalnya anak sulung saya tersebut membatalkan puasa sebelum waktunya, tanpa alasan yang syar'i. Alasannya lapar dan sakit perut. Namanya orang puasa ya lapar lah.. Yang membuat saya semakin sedih,  ia malah membuat susu dan meminumnya walau hanya sedikit tanpa sembunyi. Seolah ia ingin menarik perhatian saya dan menguji bagaimana reaksi saya melihat hal tersebut. Sempat mau marah-marah tapi saya tahan. Saya hanya mengingatkannya untuk segera menyimpan gelas berisi susu teesebut ke dalam kulkas. Saking sedih dan kecewanya,  saya menyingkir dan berdiam di kamar. "Saya merasa ada yang tidak beres, dan saya harus mengungkapnya. Tiak boleh emosi dan marah-marah kepada anak." Pikir saya. Sempat menangis juga saya waktu itu. Karena apapun perilaku anak, baik atau buruk, pasti ada andil orang tua di dalamnya. Mempe

Mengapa Harus Menahan Lapar?

Bulan Ramadhan identik dengan ibadah puasa. Ibadah puasa itu sendiri banyak sekali keutamaannya. Beberapa di antaranya seperti disebutkan dalam hadits berikut: Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan

Pentingnya Kekuatan Aqidah dalam Kehidipan Anak-anak Kita

Mempunyai anak yang cerdas, berprestasi, disenangi banyak orang dan adakalanya terkenal, menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua. Tapi, tahukah ayah bunda, keadaan yang kelihatannya sempurna itu belum cukup? Anak yang cerdas, berprestasi dan terkenal, namum tidak mempunyai keimanan yang benar dan baik terhadap penciptanya, akan mudah sekali menjadi manusia rapuh. Mudah terombang-ambing, tergoda untuk melakukan hal-hal yang kadang menyimpang baik secara sosial maupun keagamaan. Akhirnya menjadi manusia yang "gagal." Hal itu, karena tidak adanya prinsip keimanan yang kuat dalam dirinya. Teringat kita dengan kisah Nabi Allah, Ya'kub 'alaihissalam, ketika menjelang wafatnya, beliau bertanya kepada anak-anaknya. Siapa yang akan disembah, setelah wafatnya? Anak- Lantas, bagaimana cara kita menanamkan keimanan atau kalau dalam ajaran Islam lebih di kenal dengan akidah? Utamanya pada anak dalam masa pertumbuhan? Pertama, dekatkan mereka dengan kisah-kisah ata

Cerdas Finansial pada Anak

Rumah di pinggir jalan apalagi di persimbapangan seperti pertigaan atau perempatan memang strategis. Sebagai tempat usaha juga menjanjikan kata orang-orang. Tapi bagi yang punya anak!-anak yang masih relatif kecil, kadang menjadi kendala tersendiri. Utamanya tentang ramainya lalu lintas kendaraan dan banyaknya penjual jajanan yang lewat atau  bahkan ngetem. Keadaan yang kedua ini yang ingin saya bahas di sini. Anak-anak yang masih serba ingin, bisa-bisa membeli semua jajanan yang berseliweran setiap saat. Emaknya harus putar otak. Bagaiman agar si anak tidak merengek minta beli setiap ada penjual yang lewat atau ngetem di dekat rumah. Memberikan pemahaman yang mudah dimengerti oleh anak berusia tiga tahunan tanpa membohongi. Akhirnya saya coba apa yang dulu saya terapkan pada kakaknya yang alhamdulillah lumayan berhasil. 1. Pertama, tidak semua keinginannya dituruti. Adakalanya menangis, biasa saja. Jangan setiap kali menangis didiamkan dengan meluluskan semua keinginannya

Menumbuhkan Empati Sejak Dini

Ketika ada salah  siswa TK kami menangis di kelas, tanggapan teman-temannya beragam. Ada yang merasa kasihan, kemudian bertanya kenapa menangis. Ada yang berusaha mendiamkan. Ada yang melihat saja dengan pandangan kasihan tanpa berkata-kata. Namun ada juga yang berkomentar sinis karena merasa tertanggu dengan suara tangisnya. Dari keadaan di atas kita bisa melihat siapa anak-anak yang bersimpati, berempati, bahkan antipati terhadap keadaan teman di sekitarnya. Sebagai orang tua, tentunya kita ingin agar anak-anak kita mempunyai empati terhadap keadaan di sekitarnya. Apa sebenarnya empati itu, dan bagaimana menumbuhkannya dalam diri anak-ansk kita? Empati, kalau dalam KBBI diartikan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Betikut ini tips yang bisa ayah bunda praktekkan untuk menanamkan peradaan empati pada anak: 1. Orang Tua Memberi Contoh Empati pada A

Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

Bisa bikin keki jadinya ketika mendapati anak yang sedikit-sedikit malu, tidak berani tampil, penakut atau minderan. Hal itu karena anak tidak mempunyai rasa percaya diri. Lantas  kenapa seorang  anak bisa kehilangan rasa percaya diri? Ada beberapa hal yang membuat anak tidak percaya diri, diantaranya: 1. Orang tua atau guru sering membuatnya merasa tidak dibutuhkan, 2. Tidak memberi kesempatan kepada anak-anak kita untuk memilih, 3. Tidak meminta ijin terkait urusan-urusan pribadi mereka, dan 4. Meremehkan mereka. Lantas bagaimana solusinya untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak-anak? Berikut ini tips-tips yang bisa kita coba untuk  menumbuhkan rasa percaya diri pada anak: 1. Beri mereka kesempatan untuk menunjukkan kemampuan, 2. Beri mereka kepercayaan untuk memilih, sebagai orang tua bertugas mengarahkan dan membimbing, 3. Beri mereka tugas dan tanggung jawab sesuai kemampuan, 4. Mintalah ijin terkait hal-hal pribadi mereka. Demikian beberapa hal yang bisa ki

Mengatasi Problem Minder

"Rasa malu (adalah) salah satu cabang keimanan." Demikian Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wa salam pernah bersabda. Namun perasaan malu yang tidak pada tempatnya, bisa menjadi problem apabila menyebabkan seseorang atau anak menjauh dari orang lain, enggan bergaul dengan mereka, bahkan menghindari berbicara dengan mereka. Akibatnya, ia akan menjadi pendiam, tidak pandai berbicara, tidak suka mengobrol dengan teman-temannya, tidak mau menjawab pertanyaan mereka, sehingga mengalami masalah dalam pergaulannya. Menurut Dr.'Adil Syadi dan Dr. Ahmad Mazyad dalam buku mereka "Seni Mencetak Anak Hebat" ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya problem terkait rasa malu yang tidak pada tempatny, di antaranya: 1. Adanya perasaan selalu tidak sempurna. Hal ini bisa diakibatkan oleh kesalahan dalam mendidik dan bisa juga karena adanya kekurangan fisik, seperti lumpuh, lemah penglihatan, lemah pendengaran dan lain sebagainya. Bisa juga karena kemiskinan

Mengatasi Problem Bermusuhan

Pernahkah mendapati anak yang sulit akur dengan temannya? Ingin menang sendiri,  mudah marah bila dingatkan dan cenderung bermusuhan dengan teman-temannya? Sifat egosentris dan ingin menang sendiri merupakan salah satu sifat anak-anak usia dini. Namun jika sifat itu dirasa berlebihan, orang tua atau guru perlu waspada juga dan mencari solusinya. Menurut Dr. Syadi dan Dr. Ahmad Mazyad dalam bukunya "Seni Mencetak Anak Hebat" ada beberapa hal yang menyebabkan seorang anak mempunyai sifat cenderung bermusuhan dengan teman-temannya, diantaranya: 1. Kedua orang tua atau salah satu dari keduanya suka bermusuhan dan berperangainkejam; 2. Adanya dorongan dari otang tua untuk memusuhi dan menyakiti orang lain; 3. Tidak bisa membedakan antara menyakiti, musuhi dan membela diri. 4. Menyaksikan film-film kekerasan dan kriminal; 5. Amat menggemari game-game yang bertumpu pada pembunuhan, kekerasan/memukul dan merusak; 6. Bersikap terlalu keras kepada Anak Berikut ini adalah ca

Mengapa seorang anak mencuri?

Ayah, bunda pasti sedih sekali bila mendapati anaknya mencuri. Mencuri adalah perbuatan tercela. Bahkan dalam agama Islam perbuatan ini termasuk dosa yang hukumannya tertera dalam kitabsuci. Lantas bagaimana jika ada anak yang melakukan perbuatan tercela ini? Apa sebabnya dan bagaimana solusinya? Ada beberapa sebab yang bisa memicu terjadinya problem mencuri, diantaranya: 1. Anak tidak memdapat kebutuhan-kebutuhan pribadi yang wajar, seperti memiliki mainan yang khusus untuk dirinya; 2. Menaruh uang di sana-sini di tempat-tempat terbuka; 3. Anak melihat ibu mengambil uang dari saku ayah tanpa sepwngetahuan ayah, kendatipun ibu sudah diijinkan untuk mengambilnya. Karwna anak tidak bisa membedakan antar dua kondisi teesebut; 4. Tidak berbuat adil di antara anak-anak dalam pemberian uang saku. Boleh memberi lebih kepada anak yang berusia lebih dewasa secara sembunyi-sembunyi dimana tidak terlihat yang lainnya. Atau ketika yang lainnya tahu perlundijelaskan bahwa adil tidak berart

Pentingnya Pendidikan Moral

Mencari orang pandai saat ini bukanlah hal yang sulit. Untuk bisa menemukan lulusan S2, S3 saat ini mudah saja. Apalagi lulusan S1, lebih mudah lagi. Namun tidak demikian halnya ketika mencari orang-orang baik dan benar. Ternyata pendidikan formal yang  tinggi tiidak otomatis menjadikan seseorang baik akhlak dan benar perilakunya. Masih sering kita dengar berita tentang pejabat yang korupsi, pelaku bisnis melakukan penipuan atau bahkan pendidik yang terlibat kasus kriminal. Tentu ada yang perlu diperbaiki dalam sitem pendidikan kita bila melihat kenyataan seperti diatas. Prioritaskan Kognitif Pendidkan yang lebih mengutamakan aspek kognitif atau kecerdasan otak saja dan mengesampingkan afektif yang terkait moral, maka akan menghasilkan anak-anak didik yang pandai secara akademik namun lemah dalam masalah sosial. Bisa jadi mereka pandai, kreatif dan cerdas otaknya, tapi tidak terpuji sikapnya. Mereka tidak tahu bagaimana seharusnya bersikap yang baik kepada orang tua, guru atau ora

Mengatasi Problem Berbohong pada Anak

       Mungkin kita pernah mendapati anak kita berbohong. Atau bahkan kita sendiri juga pernah menjadi korban kebohongannya. Meski sudah didesak bahkan sampai ditakut-takuti, tapi si anak tidak mau juga mengakui kebohongannya. Lantas apa penyebab dari problem berbohong ini? Ada beberapa hal penyebab problem berbohong ini, diantaranya: 1. Kebiasaan ayah dan ibu berdusta kepada orang lain, atau kepada si anak itu sendiri. Misal berjanji akan memeberi hadiah bila si anak berhasil melakukan sesuatu, tapi kemudian tidak mberinya. 2. Kebohongan ayah terhadapa ibu atau ibu terhadap anak dibhadapan si anak. 3. Keras dalam memberikan hukuman bisa mendorong anak suka berbohong untuk mengjindari hukuman tersebut. 4. Menonton televisi tanpa pendampingan orang tua juga bisa mendorong anak berbohong, kita prihatin ketika melihat tayangbtelevisi yang katanya ditujukan untuk anakpun dindalamnya kadang ada intrik bagaimana mengerjai teman, bagaimna berbuat sesuatu kejelakan jangannsampai

Belajar Parenting

Belajar Parenting Bismillahirrahmanirrahim... Saya awali postingan baru ini dengan menyebut nama-Nya, penciptaku dan pencipta seluruh mahluk yang maha kasih dan sayang. Dengan kalimat mulia itu pula saya berharap rahmat dan ridho-Nya Sehingga aktifitas menulis saya di blog ini senantiasa berada dalam bimbingan-Nya, bernilai ibadah dihadapan-Nya dan bermanfaat unruk bamyak orang tentunya. Oh ya, saya pilih parenting untuk niche blog saya ini banyak sebabnya. Di antaranya karena saya merasa masih perlu terus belajar tentang pengasuhan anak, mempraktekkannya, dan ingin bisa berbagi ilmu yang bermanfaat dengan yang lain. Seiring berjalannya waktu, setelah menjadi orang tua bagi anak-anak di rumah maupun di tempat lain, saya sadari betul, ternyata mendidik tidaklah sama dengam memgajar. Harapannya dengam banyak membaca, diskusi, dan berbagi lewat tulisan melalui blog ini salah satunya, saya dan orang-orang yang mbacanya bisa menjadi orang tua yang berhasil. Aamiin.