Ketika Si Kakak Tidak Puasa

Puasa hari ke-6, saya sempat dibuat "emosi" oleh si kakak yang kelas 4 SD. Sedih, marah,  kecewa juga ada rasa bersalah. Campur aduk jadi satu lah.

Pasalnya anak sulung saya tersebut membatalkan puasa sebelum waktunya, tanpa alasan yang syar'i. Alasannya lapar dan sakit perut. Namanya orang puasa ya lapar lah..

Yang membuat saya semakin sedih,  ia malah membuat susu dan meminumnya walau hanya sedikit tanpa sembunyi.
Seolah ia ingin menarik perhatian saya dan menguji bagaimana reaksi saya melihat hal tersebut. Sempat mau marah-marah tapi saya tahan. Saya hanya mengingatkannya untuk segera menyimpan gelas berisi susu teesebut ke dalam kulkas.

Saking sedih dan kecewanya,  saya menyingkir dan berdiam di kamar. "Saya merasa ada yang tidak beres, dan saya harus mengungkapnya. Tiak boleh emosi dan marah-marah kepada anak." Pikir saya.

Sempat menangis juga saya waktu itu. Karena apapun perilaku anak, baik atau buruk, pasti ada andil orang tua di dalamnya. Memperbanyak  istighfar akhirnya bisa lumayan mengobati kegalauan di hati.

Saya berusaha menguasai diri. Dan saya harus bisa membuka hati untuk berdialog dengan anak, tidak hanya mendoktrin dan menyalahkan jika kelakuan anak tidak sesuai keinginan kita.

Betul juga,  ketika keadaan sudah lebih baik dari sebelumnya saya berusaha membuka dialog dengan anak saya.

Saya tanyakan mengapa kakak tidak bepuasa. Juga saya sampaikan tentang keutamaan puasa,  kenapa kita puasa dan apa balasan bagi yang ikhlash berpuasa. Padahal di awal masuk bulan Ramadhan sudah pernah hari sebelumnya. Tapi rupanya ilmu itunjarus diulang-ulang agar benar-benar tertanam di hati dan fikiran lantas membuahkan amal.

Dengan ringannya dia menjawab kalau ada temenya yang tidak puasa,  bahkan kakak kelasnya yang notabene lebih besar dan lebih tua darinya. Tidak hanya itu, kedua orang tua dari si teman tetsebut juga tidak puasa.

Owh... ternyata dia terpengaruh oleh keadaan temannya. Memang benar, pengaruh teman bergaul tidak bisa diabaikan. Maka berhati-hati dalam memelih teman bergaul bukan sesuatu yang dilarang. Bahkan jauh-jauh hari, Rasulullah shalallahu alaibi wa salam sudah mengingatkan terkait hal ini.

Alhirnya saya sampaikan lagi tentang keutamaan ibadah puasa, keutamaan orang yang berpuasa, serta balasan yang kelak akan didapat. Juga motivasi, agar besyukur karena diberi hidayah untuk taat menjalankan perintah Allah. Karena tidak semua orang mendapatkan hidayah ini.

Bekerjasama dengan suami, saya  berusaha mengarahkan dan membimbing si kakak, diseetai dengan doa tentunya . Alhamdulillah dengan ijin Allah, sulung kami kembali semangat berpuasa. Semoga tetap terjaga semangat dan keikhlasannya sampai akhir Ramadhan ya, Nak!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Parenting

Berburu Malam Lailatul Qodar

Bunda Pekerja dan Daycare