Pentingnya Pendidikan Moral

Mencari orang pandai saat ini bukanlah hal yang sulit. Untuk bisa menemukan lulusan S2, S3 saat ini mudah saja. Apalagi lulusan S1, lebih mudah lagi. Namun tidak demikian halnya ketika mencari orang-orang baik dan benar. Ternyata pendidikan formal yang  tinggi tiidak otomatis menjadikan seseorang baik akhlak
dan benar perilakunya. Masih sering kita dengar berita tentang pejabat yang korupsi, pelaku bisnis melakukan penipuan atau bahkan pendidik yang terlibat kasus kriminal. Tentu ada yang perlu diperbaiki dalam sitem pendidikan kita bila melihat kenyataan seperti diatas.

Prioritaskan Kognitif

Pendidkan yang lebih mengutamakan aspek kognitif atau kecerdasan otak saja dan mengesampingkan afektif yang terkait moral, maka akan menghasilkan anak-anak didik yang pandai secara akademik namun lemah dalam masalah sosial. Bisa jadi mereka pandai, kreatif dan cerdas otaknya, tapi tidak terpuji sikapnya. Mereka tidak tahu bagaimana seharusnya bersikap yang baik kepada orang tua, guru atau orang yang lebih tua lainnya. Padahal keberhasilan hidup sesorang tidaklah semata  ditentukan oleh prestasi akademik. Sementara di sisi lain, pendidikan moral cenderung lebih sulit dibanding mengajarkan materi akademik.

Teladan yang Diabadikan

Tiap masalah tentulah ada solusinya. Apalagi bagi kita yang hidup di masa sekarang. Banyak generasi telah berlalu sebelum kita. Banyak teladan yang bisa kita contoh. Ada nabi Muhammad salallahu alaihi wa salam yang berhasil mendidik sahabat-sahabat beliau dengan baik. Menjadikan mereka yang dengan latar belakang sifat yang berbeda-beda menjadi manusia-manusia yang cerdas, taat, disiplin, baik budi, peduli dengan sesama dan ikhlas dalam membantu orang-orang membutuhkan. Yang pertama kali nabi sampaikan kepada sahabat-sahabat beliau adalah tentang aqidah, tentang keyakinan adanya  Tuhan yang maha kuasa atas segala sesuatu. Namun, mungkin kita akan menyangkal dengan mengatakan bahwa beliau adalah nabi, rasul utusan,  manusia yang memang dipilih Tuhan umtuk menjadi utusannya dan diberi mu'jizat pula. Baiklah, kita juga bisa mencontoh figur seorang manusia shaleh yang bukan rasul utusan Allah, tapi namanya diabadikan  dalam kitab suci. Dialah Lukmanul Hakim. Bagaimana beliau mendidik anaknya? Apa yang dismapaikannya dan ditanamkan kepada anaknya?

1. Yang pertama sekali Lukmanul Hakim sampaikan kepada anaknya adalah juga tentang aqidah. Keyakinan adanya Allah sebagai Tuhan. Sebagaimana para rasul terdahulu. Dia sampaikan kepada anaknya agar jangan sampai menyekutukan Allah. Jangan sampai menyekutukan Allah dangan apapun, karena ini adalah kezaliman yang sangat besar. Menyekutukan Allah adalah menjadikan sesuatu selain Allah sebagai sesembahan, apapun itu bentuknya. Bisa harta, jabatan, pekerjaan atau yang lainnya sehingga kecintaan dan kepatuhan kita kepada Allah terkalahkan. Keyakinan adanya Allah, Tuhan semesta alam yang maha tahu, maha mengawasi semua mahkuk-Nya akan mendorong anak untuk bersikap hati-hati. Hati-hati dalam bertindak, berperilaku dan bersikap karena merasa diawasi oleh Allah.

2. Yang kedua, Lukman mengajarkan kepada anaknya agar menghornati kedua orang tuanya, utamanya ibu yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah lemah. Kalaupun berbeda keyakinan aqidah dengan orang tua, kita tetap diminta untuk menghormatinya, apalagi kalau cuma berbeda pendapat masalah urusan dunia, lebih harus tetap menghormatinya. Tidak boleh mendebatnya dengam cara yang bisa melukai hatinya.

3. Ketiga, Lukman menyampaikan bahwa apapun yang kita lakukan walaupun sebesar biji sawi pasti akan mendapatkan balasannya dari Allah. Karena Allah maha halus dan maha teliti. Hal ini bisa memotivasi anak untuk melakukan hal-hal yang positif.

4. Keempat, Lukman menyampaikan kepada anaknya agar mendirikan sholat, melakukan ibadah kepada Allah. Mengajak manusia untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan yang munkar.

5. Yang kelima, Lukman  menyampaikan kepada anaknya agar jangan memalingkan muka dari manusia karena sombong. Jangan pula berjalan di muka bumi ini dengan angkuh. Karena Allah tidak menyukai orang-orang yamg angkuh.

6. Keenam, Lukman menyapaikan kepada anaknya supaya menyederhanakan dalam berjalan dan melunakkan suara ketika berbicara.


Apabila kita menyampaikan dan menanamkan keenam hal di atas, kepada anak-anak kita, insyaAllah kita akan bisa mendapati mereka sebagai quratu a'yun, penyejuk mata penentram hati.

Aamiin ya Rabbal'alaniin

Komentar

  1. Luar biasa sekali mbak, saya jadi ingat nasehat teman waktu saya terbersit keinginan untuk melanjutkan sekolah. Dia bilang ke saya, mak tugas wanita itu bukan mengejar karirnya atau pendidikannya sendiri. Tugas utama wanita itu mendidik anak agar jadi anak sholeh dan berakhlak baik. Sekarang banyam orang berilmu tapi lupa adab dan kurang baik akhlaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Alloh, begitu "berat" dan mulia tugas seorang ibu ya mba.., mendidik generasi, mewujudkan masa depan

      Hapus
  2. Betul betul betul. Mnedidik moral emang paling sulit. Apalagi pengaruh teknologi alias medsos sekarang amat sangat membentuk karakter anak. Pastinya ngaruh juga ke moral.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Parenting

Berburu Malam Lailatul Qodar

Bunda Pekerja dan Daycare