Postingan

Tips Memilih Daycare

Bagi bunda bekerja, meniitipkan anak ke daycare menjadi pilihannya, manakala belum mendapatkan pengasuh bagi anaknya yang masih kecil. Lantas daycare seperti apa sebaiknya dipilih untuk menitipkan anak kita. Kalau dalam tulisan sebelumnya sudah disampaikan sedikit gambaran  tentang peran daycare dan bunda anak kita yang masih dalam masa pertumbuhan awal. Nah, pada tulisan kali ini, akan disampaikan tentang tips memilih daycare untuk buah hati kita. Berikut ini beberapa tips yang sebaiknya kita jadikan pertimbangan dalam memilih daycare: 1. Jarak Jarak dari rumah atau kantor ke daycare menjamdi pertimbangan, agar bunda mudah ketika harus antar jemput anak. Hal ini akan membuat efisien waktu kita. 2. Memiliki Ijin Operasional Sebuah lembaga bila sudah memiliki ijin operasional diharapkan bisa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. 3. Jumlah Pengasuh Perbandingan pengasuhyang ideal adalah 1 banding 2 atau 3 untuk anak usia 1 tahun ke bawah. Semakin bertambah us

Tahun Ajaran Baru di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 belum berakhir. Era new normal yang digagas pemerintah merupakan masa transisi dari PSBB menuju hidup yang mendekati normal sepeeti sebelum terjadi pandemi.  Tentu saja new normal ini tidak berarti bahwa kita sudah bisa hidup bebas seperti masa sebelum terjadi pandemi. Batasan-batasan dalam bersosialisasi secara tatap mula masih ada. Di sisi lain, tahun ajaran baru 2020/2021 segera tiba. Pertengahan Juli adalah jadwal dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021. Tahun ajaran baru kali ini, tetap akan dimulai sesuai kalender akadamik. Namun karena masa pendemi covid-19 belum berakhir, ada kebijakan pendidikan yang diambil pemerintah terkait bagaimana pelaksanaan pembelajran di masa pandemi covid-19.  Kebijakan Pendidikan di Masa Pandemi Bagi sekolah yang berada di zona hijau, pemerintah mempersilakan untuk mengadakan pembelajaran tatap muka di sekolah.  Itupun harus tetap dengan prorokol kesehtan yang disiplin. Seperti tetap memakai masker, jaga jarak dan jaga

New Normal dan Gaya Hidup Baru

New normal, mungkin itu kata-kata yang paling akrab dan sering kita dengar saat ini. Definisi New normal  itu sendiri adalah skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional. ( Tirto.id/26Mei2020) Kalau memperhatikan definisi di atas, kita akan dapati kata kunci sebagai tijuan dari new Normal adalah untuk mempercepat penanganan COVID-19 baik dalam aspek kesehatan, sosial maupun ekonomi. Bahkan, di sebagian tempat orang-orang sudah ramai beraktifitas seperti tidak dalam keadaan pandemi. Mereka mengabaikan protokol kesehatan pada masa "New Normal", seperti harus menggunakan masker, jaga jarak dan mengjindari keeumunan. Akibatnya, ada peningkatan jumlah orang yang terinfeksi COVID-19. Sebenarnya bukan seperti itu perubahan perilaku yang diharapkan.  Harusnya lebih mengedepankan

Bunda Pekerja dan Daycare

Menjadi ibu bekerja, seolah sudah menjadi keniscayaan di masa kini. Bisa jadi karena masalah ekonomi ataupun tuntutan status sosial. Bila pekerjaan itu bisa dikerjakan di rumah, seorang ibu tentunya masih bisa mengasuh anaknya disamping melakukan profesi pekerjaannya.  Namun bila pekerjaannya menuntut seorang ibu harus keluar rumah setiap hari, bahkan dengan waktu yang cukup lama, misal dari pagi sampai sore, tentu seorang ibu yang punya anak, harus mempunyai asisten yang bisa membantu mengurus anak-anaknya. Terlebih bila anaknya masih ada yang balita. Namun,  mencari asisten rumah tangga apalagi sekalugus mengasuh anak, bukanlah hal yang mudah saat ini. Akibatnya, banyak orang tua yang mempunyai anak balita mulai melirik tempat penitipan anak atau daycare yang semakin banyak bermunculan saat ini. Anak Bukan Benda Mati Banyaknya tempat penitupan anak atau daycare saat ini, menjadi solusi yang sangat membantu bagi ibu pekerja yang harus bekerja dengan meninggalkan rumah. Namun per

Berburu Malam Lailatul Qodar

Di dalam bulan Ramadhan, salah satu yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh dunia adalah kedatangan malam lailatul qadar. Mengapa kaum muslimin begitu ingin bisa mendapatkan malam tersebut? Ya, malam ini, dikatakan memiliki kebaikan setara dengan seribu bulan. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Q.S. Al-Qadr: 1-5). Meskipun malam lailatul qadar ini tidak diketahui kapan datangnya, namun umat Islam sudah bisa menanti sejak 10 hari terakhir di bulan Ramadhan. “Rasulullah bersabda: “Carilah malam lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Imam Bukhari). Pada malam tersebut, terdapat banyak keutamaan bagi umat muslim. Berikut ini, kami rangkum dari be

Review Blog Mba Desi

Dunia blogging adalah sesuatu yang baru buat saya. Membuat blog dan menulis di dalamnya pada awalnya karena tuntutan, sebagai salah satu peserta yang lolos oprec ODOP bach 5. Saya harus posting tulisan setiap hari di blog yang telah dibuat selama dua bulan. Dari situlah awalnya saya berusaha untuk tetbiasa menulis di blog, walau dengan tulisan yang sangat-sangat biasa sekali. Sayangnya, setelah selesai masa seleksi anggota ODOP dengan "one day one post" nya, saya jarang nulis lagi di blog. Sehingga mungkin blog pertama yang saya buat waktu itu sudah jadi sarang laba-laba, hihi hi. Nah, ketika ada kepengurusan baru tahun 2020, ada beberapa program yang baru juga. Salah satunya peogram yang  mewadahi para blogger, dengan grupnya "squad blogger ODOP." Dengan keterbatasan yang ada, saya memberanikan diri untuk gabung di grup tersebut dengan niat belajar. Akhirnya saya membuat blog baru dengan niche parenting. Walau tertatih-tatih saya berusaha untuk tetap berada

Ketika Si Kakak Tidak Puasa

Puasa hari ke-6, saya sempat dibuat "emosi" oleh si kakak yang kelas 4 SD. Sedih, marah,  kecewa juga ada rasa bersalah. Campur aduk jadi satu lah. Pasalnya anak sulung saya tersebut membatalkan puasa sebelum waktunya, tanpa alasan yang syar'i. Alasannya lapar dan sakit perut. Namanya orang puasa ya lapar lah.. Yang membuat saya semakin sedih,  ia malah membuat susu dan meminumnya walau hanya sedikit tanpa sembunyi. Seolah ia ingin menarik perhatian saya dan menguji bagaimana reaksi saya melihat hal tersebut. Sempat mau marah-marah tapi saya tahan. Saya hanya mengingatkannya untuk segera menyimpan gelas berisi susu teesebut ke dalam kulkas. Saking sedih dan kecewanya,  saya menyingkir dan berdiam di kamar. "Saya merasa ada yang tidak beres, dan saya harus mengungkapnya. Tiak boleh emosi dan marah-marah kepada anak." Pikir saya. Sempat menangis juga saya waktu itu. Karena apapun perilaku anak, baik atau buruk, pasti ada andil orang tua di dalamnya. Mempe