Postingan

Menumbuhkan Empati Sejak Dini

Ketika ada salah  siswa TK kami menangis di kelas, tanggapan teman-temannya beragam. Ada yang merasa kasihan, kemudian bertanya kenapa menangis. Ada yang berusaha mendiamkan. Ada yang melihat saja dengan pandangan kasihan tanpa berkata-kata. Namun ada juga yang berkomentar sinis karena merasa tertanggu dengan suara tangisnya. Dari keadaan di atas kita bisa melihat siapa anak-anak yang bersimpati, berempati, bahkan antipati terhadap keadaan teman di sekitarnya. Sebagai orang tua, tentunya kita ingin agar anak-anak kita mempunyai empati terhadap keadaan di sekitarnya. Apa sebenarnya empati itu, dan bagaimana menumbuhkannya dalam diri anak-ansk kita? Empati, kalau dalam KBBI diartikan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Betikut ini tips yang bisa ayah bunda praktekkan untuk menanamkan peradaan empati pada anak: 1. Orang Tua Memberi Contoh Empati pada A

Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

Bisa bikin keki jadinya ketika mendapati anak yang sedikit-sedikit malu, tidak berani tampil, penakut atau minderan. Hal itu karena anak tidak mempunyai rasa percaya diri. Lantas  kenapa seorang  anak bisa kehilangan rasa percaya diri? Ada beberapa hal yang membuat anak tidak percaya diri, diantaranya: 1. Orang tua atau guru sering membuatnya merasa tidak dibutuhkan, 2. Tidak memberi kesempatan kepada anak-anak kita untuk memilih, 3. Tidak meminta ijin terkait urusan-urusan pribadi mereka, dan 4. Meremehkan mereka. Lantas bagaimana solusinya untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak-anak? Berikut ini tips-tips yang bisa kita coba untuk  menumbuhkan rasa percaya diri pada anak: 1. Beri mereka kesempatan untuk menunjukkan kemampuan, 2. Beri mereka kepercayaan untuk memilih, sebagai orang tua bertugas mengarahkan dan membimbing, 3. Beri mereka tugas dan tanggung jawab sesuai kemampuan, 4. Mintalah ijin terkait hal-hal pribadi mereka. Demikian beberapa hal yang bisa ki

Mengatasi Problem Minder

"Rasa malu (adalah) salah satu cabang keimanan." Demikian Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wa salam pernah bersabda. Namun perasaan malu yang tidak pada tempatnya, bisa menjadi problem apabila menyebabkan seseorang atau anak menjauh dari orang lain, enggan bergaul dengan mereka, bahkan menghindari berbicara dengan mereka. Akibatnya, ia akan menjadi pendiam, tidak pandai berbicara, tidak suka mengobrol dengan teman-temannya, tidak mau menjawab pertanyaan mereka, sehingga mengalami masalah dalam pergaulannya. Menurut Dr.'Adil Syadi dan Dr. Ahmad Mazyad dalam buku mereka "Seni Mencetak Anak Hebat" ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya problem terkait rasa malu yang tidak pada tempatny, di antaranya: 1. Adanya perasaan selalu tidak sempurna. Hal ini bisa diakibatkan oleh kesalahan dalam mendidik dan bisa juga karena adanya kekurangan fisik, seperti lumpuh, lemah penglihatan, lemah pendengaran dan lain sebagainya. Bisa juga karena kemiskinan

Mengatasi Problem Bermusuhan

Pernahkah mendapati anak yang sulit akur dengan temannya? Ingin menang sendiri,  mudah marah bila dingatkan dan cenderung bermusuhan dengan teman-temannya? Sifat egosentris dan ingin menang sendiri merupakan salah satu sifat anak-anak usia dini. Namun jika sifat itu dirasa berlebihan, orang tua atau guru perlu waspada juga dan mencari solusinya. Menurut Dr. Syadi dan Dr. Ahmad Mazyad dalam bukunya "Seni Mencetak Anak Hebat" ada beberapa hal yang menyebabkan seorang anak mempunyai sifat cenderung bermusuhan dengan teman-temannya, diantaranya: 1. Kedua orang tua atau salah satu dari keduanya suka bermusuhan dan berperangainkejam; 2. Adanya dorongan dari otang tua untuk memusuhi dan menyakiti orang lain; 3. Tidak bisa membedakan antara menyakiti, musuhi dan membela diri. 4. Menyaksikan film-film kekerasan dan kriminal; 5. Amat menggemari game-game yang bertumpu pada pembunuhan, kekerasan/memukul dan merusak; 6. Bersikap terlalu keras kepada Anak Berikut ini adalah ca

Mengapa seorang anak mencuri?

Ayah, bunda pasti sedih sekali bila mendapati anaknya mencuri. Mencuri adalah perbuatan tercela. Bahkan dalam agama Islam perbuatan ini termasuk dosa yang hukumannya tertera dalam kitabsuci. Lantas bagaimana jika ada anak yang melakukan perbuatan tercela ini? Apa sebabnya dan bagaimana solusinya? Ada beberapa sebab yang bisa memicu terjadinya problem mencuri, diantaranya: 1. Anak tidak memdapat kebutuhan-kebutuhan pribadi yang wajar, seperti memiliki mainan yang khusus untuk dirinya; 2. Menaruh uang di sana-sini di tempat-tempat terbuka; 3. Anak melihat ibu mengambil uang dari saku ayah tanpa sepwngetahuan ayah, kendatipun ibu sudah diijinkan untuk mengambilnya. Karwna anak tidak bisa membedakan antar dua kondisi teesebut; 4. Tidak berbuat adil di antara anak-anak dalam pemberian uang saku. Boleh memberi lebih kepada anak yang berusia lebih dewasa secara sembunyi-sembunyi dimana tidak terlihat yang lainnya. Atau ketika yang lainnya tahu perlundijelaskan bahwa adil tidak berart

Pentingnya Pendidikan Moral

Mencari orang pandai saat ini bukanlah hal yang sulit. Untuk bisa menemukan lulusan S2, S3 saat ini mudah saja. Apalagi lulusan S1, lebih mudah lagi. Namun tidak demikian halnya ketika mencari orang-orang baik dan benar. Ternyata pendidikan formal yang  tinggi tiidak otomatis menjadikan seseorang baik akhlak dan benar perilakunya. Masih sering kita dengar berita tentang pejabat yang korupsi, pelaku bisnis melakukan penipuan atau bahkan pendidik yang terlibat kasus kriminal. Tentu ada yang perlu diperbaiki dalam sitem pendidikan kita bila melihat kenyataan seperti diatas. Prioritaskan Kognitif Pendidkan yang lebih mengutamakan aspek kognitif atau kecerdasan otak saja dan mengesampingkan afektif yang terkait moral, maka akan menghasilkan anak-anak didik yang pandai secara akademik namun lemah dalam masalah sosial. Bisa jadi mereka pandai, kreatif dan cerdas otaknya, tapi tidak terpuji sikapnya. Mereka tidak tahu bagaimana seharusnya bersikap yang baik kepada orang tua, guru atau ora

Mengatasi Problem Berbohong pada Anak

       Mungkin kita pernah mendapati anak kita berbohong. Atau bahkan kita sendiri juga pernah menjadi korban kebohongannya. Meski sudah didesak bahkan sampai ditakut-takuti, tapi si anak tidak mau juga mengakui kebohongannya. Lantas apa penyebab dari problem berbohong ini? Ada beberapa hal penyebab problem berbohong ini, diantaranya: 1. Kebiasaan ayah dan ibu berdusta kepada orang lain, atau kepada si anak itu sendiri. Misal berjanji akan memeberi hadiah bila si anak berhasil melakukan sesuatu, tapi kemudian tidak mberinya. 2. Kebohongan ayah terhadapa ibu atau ibu terhadap anak dibhadapan si anak. 3. Keras dalam memberikan hukuman bisa mendorong anak suka berbohong untuk mengjindari hukuman tersebut. 4. Menonton televisi tanpa pendampingan orang tua juga bisa mendorong anak berbohong, kita prihatin ketika melihat tayangbtelevisi yang katanya ditujukan untuk anakpun dindalamnya kadang ada intrik bagaimana mengerjai teman, bagaimna berbuat sesuatu kejelakan jangannsampai