Postingan

Mengapa Harus Menahan Lapar?

Bulan Ramadhan identik dengan ibadah puasa. Ibadah puasa itu sendiri banyak sekali keutamaannya. Beberapa di antaranya seperti disebutkan dalam hadits berikut: Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan

Pentingnya Kekuatan Aqidah dalam Kehidipan Anak-anak Kita

Mempunyai anak yang cerdas, berprestasi, disenangi banyak orang dan adakalanya terkenal, menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang tua. Tapi, tahukah ayah bunda, keadaan yang kelihatannya sempurna itu belum cukup? Anak yang cerdas, berprestasi dan terkenal, namum tidak mempunyai keimanan yang benar dan baik terhadap penciptanya, akan mudah sekali menjadi manusia rapuh. Mudah terombang-ambing, tergoda untuk melakukan hal-hal yang kadang menyimpang baik secara sosial maupun keagamaan. Akhirnya menjadi manusia yang "gagal." Hal itu, karena tidak adanya prinsip keimanan yang kuat dalam dirinya. Teringat kita dengan kisah Nabi Allah, Ya'kub 'alaihissalam, ketika menjelang wafatnya, beliau bertanya kepada anak-anaknya. Siapa yang akan disembah, setelah wafatnya? Anak- Lantas, bagaimana cara kita menanamkan keimanan atau kalau dalam ajaran Islam lebih di kenal dengan akidah? Utamanya pada anak dalam masa pertumbuhan? Pertama, dekatkan mereka dengan kisah-kisah ata

Cerdas Finansial pada Anak

Rumah di pinggir jalan apalagi di persimbapangan seperti pertigaan atau perempatan memang strategis. Sebagai tempat usaha juga menjanjikan kata orang-orang. Tapi bagi yang punya anak!-anak yang masih relatif kecil, kadang menjadi kendala tersendiri. Utamanya tentang ramainya lalu lintas kendaraan dan banyaknya penjual jajanan yang lewat atau  bahkan ngetem. Keadaan yang kedua ini yang ingin saya bahas di sini. Anak-anak yang masih serba ingin, bisa-bisa membeli semua jajanan yang berseliweran setiap saat. Emaknya harus putar otak. Bagaiman agar si anak tidak merengek minta beli setiap ada penjual yang lewat atau ngetem di dekat rumah. Memberikan pemahaman yang mudah dimengerti oleh anak berusia tiga tahunan tanpa membohongi. Akhirnya saya coba apa yang dulu saya terapkan pada kakaknya yang alhamdulillah lumayan berhasil. 1. Pertama, tidak semua keinginannya dituruti. Adakalanya menangis, biasa saja. Jangan setiap kali menangis didiamkan dengan meluluskan semua keinginannya

Menumbuhkan Empati Sejak Dini

Ketika ada salah  siswa TK kami menangis di kelas, tanggapan teman-temannya beragam. Ada yang merasa kasihan, kemudian bertanya kenapa menangis. Ada yang berusaha mendiamkan. Ada yang melihat saja dengan pandangan kasihan tanpa berkata-kata. Namun ada juga yang berkomentar sinis karena merasa tertanggu dengan suara tangisnya. Dari keadaan di atas kita bisa melihat siapa anak-anak yang bersimpati, berempati, bahkan antipati terhadap keadaan teman di sekitarnya. Sebagai orang tua, tentunya kita ingin agar anak-anak kita mempunyai empati terhadap keadaan di sekitarnya. Apa sebenarnya empati itu, dan bagaimana menumbuhkannya dalam diri anak-ansk kita? Empati, kalau dalam KBBI diartikan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Betikut ini tips yang bisa ayah bunda praktekkan untuk menanamkan peradaan empati pada anak: 1. Orang Tua Memberi Contoh Empati pada A

Menumbuhkan Rasa Percaya Diri

Bisa bikin keki jadinya ketika mendapati anak yang sedikit-sedikit malu, tidak berani tampil, penakut atau minderan. Hal itu karena anak tidak mempunyai rasa percaya diri. Lantas  kenapa seorang  anak bisa kehilangan rasa percaya diri? Ada beberapa hal yang membuat anak tidak percaya diri, diantaranya: 1. Orang tua atau guru sering membuatnya merasa tidak dibutuhkan, 2. Tidak memberi kesempatan kepada anak-anak kita untuk memilih, 3. Tidak meminta ijin terkait urusan-urusan pribadi mereka, dan 4. Meremehkan mereka. Lantas bagaimana solusinya untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak-anak? Berikut ini tips-tips yang bisa kita coba untuk  menumbuhkan rasa percaya diri pada anak: 1. Beri mereka kesempatan untuk menunjukkan kemampuan, 2. Beri mereka kepercayaan untuk memilih, sebagai orang tua bertugas mengarahkan dan membimbing, 3. Beri mereka tugas dan tanggung jawab sesuai kemampuan, 4. Mintalah ijin terkait hal-hal pribadi mereka. Demikian beberapa hal yang bisa ki

Mengatasi Problem Minder

"Rasa malu (adalah) salah satu cabang keimanan." Demikian Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wa salam pernah bersabda. Namun perasaan malu yang tidak pada tempatnya, bisa menjadi problem apabila menyebabkan seseorang atau anak menjauh dari orang lain, enggan bergaul dengan mereka, bahkan menghindari berbicara dengan mereka. Akibatnya, ia akan menjadi pendiam, tidak pandai berbicara, tidak suka mengobrol dengan teman-temannya, tidak mau menjawab pertanyaan mereka, sehingga mengalami masalah dalam pergaulannya. Menurut Dr.'Adil Syadi dan Dr. Ahmad Mazyad dalam buku mereka "Seni Mencetak Anak Hebat" ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya problem terkait rasa malu yang tidak pada tempatny, di antaranya: 1. Adanya perasaan selalu tidak sempurna. Hal ini bisa diakibatkan oleh kesalahan dalam mendidik dan bisa juga karena adanya kekurangan fisik, seperti lumpuh, lemah penglihatan, lemah pendengaran dan lain sebagainya. Bisa juga karena kemiskinan

Mengatasi Problem Bermusuhan

Pernahkah mendapati anak yang sulit akur dengan temannya? Ingin menang sendiri,  mudah marah bila dingatkan dan cenderung bermusuhan dengan teman-temannya? Sifat egosentris dan ingin menang sendiri merupakan salah satu sifat anak-anak usia dini. Namun jika sifat itu dirasa berlebihan, orang tua atau guru perlu waspada juga dan mencari solusinya. Menurut Dr. Syadi dan Dr. Ahmad Mazyad dalam bukunya "Seni Mencetak Anak Hebat" ada beberapa hal yang menyebabkan seorang anak mempunyai sifat cenderung bermusuhan dengan teman-temannya, diantaranya: 1. Kedua orang tua atau salah satu dari keduanya suka bermusuhan dan berperangainkejam; 2. Adanya dorongan dari otang tua untuk memusuhi dan menyakiti orang lain; 3. Tidak bisa membedakan antara menyakiti, musuhi dan membela diri. 4. Menyaksikan film-film kekerasan dan kriminal; 5. Amat menggemari game-game yang bertumpu pada pembunuhan, kekerasan/memukul dan merusak; 6. Bersikap terlalu keras kepada Anak Berikut ini adalah ca